Teknologi Informasi: Peluang dan Tantangan bagi SISTEM
AKUNTANSI MANAJEMEN KONTEMPORER
PENDAHULUAN
Teknologi
informasi telah berkembang demikian pesatnya dan membawa dampak yang signifikan
dalam segala aspek kehidupan. Sejak ditemukannya komputer pada tahun 1955,
peradaban dunia telah memasuki era informasi. Komputer yang sebelumnya hanya
digunakan untuk membantu dalam pekerjaan administrasi, sekarang dengan
berkembangnya teknologi telekomunikasi dan teknologi otomasi kantor,
pemanfaatan komputer telah meluas sebagai alat pemrosesan, komunikasi dan
distribusi informasi. Bahkan saat ini teknologi sudah berfungsi lebih strategis
yaitu sebagai alat persaingan.
Teknologi
informasi pada saat sekarang ini sudah menjamur di berbagai kalangan. Dengan
adanya teknologi informasi, jarak dan waktu bukan lagi menjadi masalah yang
perlu dipikirkan, karena informasi dapat diakses dari mana saja dan kapan saja
ke berbagai belahan dunia hanya dalam hitungan detik. Pengguna teknologi
informasi kini tidak perlu lagi pergi ke suatu negara tertentu untuk
mendapatkan sebuah informasi yang diperlukan. Dengan menggunakan sebuah
komputer yang terhubung dengan jaringan internet segala informasi, hiburan, dan
bahkan berbelanja sekalipun dapat kita lakukan. Bagi perusahaan yang beroperasi
dari berbagai lokasi dan memiliki pemasok dan konsumen yang tersebar dan
terpisah oleh jarak yang cukup jauh. Teknologi informasi mampu
mengintegrasikan, mengkomunikasikan dan mempertukarkan berbagai aktivitas
bisnis penting yang terdistribusi secara geografis. Dengan kata lain, aspek
jarak dan waktu menjadi relatif dekat dan singkat.
Dewasa
ini teknologi informasi bagi bisnis muncul dalam berbagai bentuk. Teknologi
informasi yang terintegrasi seperti internet, groupware, Enterprise Resource
Planning (ERP) telah memperkuat kenyataan bahwa Teknologi informasi telah
menyatu dengan dunia bisnis. Dalam bidang akuntansi, sistem pemrosesan
informasi akuntansi berbasis komputer telah banyak diaplikasikan pada berbagai
organisasi dengan tujuan untuk memberikan kemudahan bagi para akuntan dalam
menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Jadi
dapatlah dikatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi pada setiap
penyelenggaraan kegiatan operasional perusahaan merupakan kebutuhan yang tidak
terelakkan, yang digunakan untuk pengolahan data, mendukung pertukaran data dan
informasi serta penyaluran informasi secara cepat, tepat, dan akurat.
TEKNOLOGI INFORMASI DAN AKUNTANSI MANAJEMEN
Perkembangan
dalam bidang teknologi informasi telah terbukti menawarkan kemungkinan untuk
mengembangkan suatu sistem akuntansi manajemen yang fleksibel dan terintegrasi.
Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan sistem informasi yang
menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai
proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu manajemen. Dengan adanya
Sistem informasi akuntansi manajemen dapat mempermudah dalam :
- Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perhitungan harga pokok jasa dan produk dan tujuan lain yang diinginkan manajemen
- Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian dan pengevaluasian dan perbaikan berkelanjutan
- Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan
Ketiga
tujuan tersebut menunjukkan bahwa manajer dan pengguna lainnya perlu memiliki
akses ke informasi akuntansi manajemen dan mengetahui cara menggunakan
informasi akuntansi manajemen yang dapat membantu mengidentifikasi suatu
masalah, menyelesaikan masalah dan mengevaluasai kinerja. Jika dikaitkan antara
tuntutan untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada pengguna sistem
informasi akuntansi manajemen maka keberadaan teknologi informasi mempunyai
peranan penting dan strategis.
Beberapa
penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukkan bahwa implementasi
teknologi informasi terbukti dapat meningkatkan pengambilan keputusan dengan
menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu melalui akses pengguna
individu ke sistem yang terintegrasi. Disamping itu, dengan adanya teknologi
informasi, sistem akuntansi manajemen dapat lebih fleksibel merespon kebutuhan
manajerial untuk aktivitas kalkulasi biaya produksi yang lebih kompleks. Banyak
perusahaan menemukan bahwa peningkatan daya respon dari sistem akuntansi
manajemen kontemporer memungkinkan mereka merealisasikan penghematan biaya
secara berarti melalui penghapusan sejumlah besar laporan internal.
Dalam
dekade terakhir ini telah terjadi pergerakan dan perubahan yang sangat besar
dalam lingkungan bisnis. Persaingan dalam berbagai industri telah menjelma
menjadi persaingan global. Kondisi persaingan yang semakin tajam telah membawa
pengaruh terhadap praktik akuntansi manajemen yang inovatif dan relevan. Salah
satu praktik tersebut adalah biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based
Costing). Biaya berdasarkan aktivitas meningkatkan keakuratan
pengalokasian biaya dengan menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian
sampai pada produk atau pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.
Dengan pendekatan biaya berdasarkan aktivitas akan dihasilkan perhitungan harga
pokok yang lebih akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasi secara teliti
aktivitas – aktivitas yang dilakukan oleh manusia, mesin dan peralatan dalam
menghasilkan suatu produk atau jasa.
Praktik
biaya berdasarkan aktivitas berusaha mengatasi kelemahan akuntansi biaya
tradisional. Dalam metode tradisional pembebanan biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung dapat dilakukan dengan cermat dan mudah karena menggunakan
pembebanan langsung. Tetapi untuk pembebanan biaya overhead pada umumnya
dibebankan dengan menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung. Pembebanan ini
dianggap menimbulkan distorsi karena beberapa alasan, pertama pada saat
perusahaan menggunakan teknologi maju dengan memanfaatkan komputer, maka tenaga
kerja yang digunakan menjadi berkurang peranannya dalam membentuk produk.
Kedua, apabila jenis barang yang diproduksi beragam maka setiap jenis barang
akan memiliki karakteristik yang berbeda dalam tingkat kesulitan, ukuran,
jumlah penyetelan mesin yang tentunya akan menyerap biaya overhead yang
berbeda.
Jika
dikaitkan dengan biaya berdasarkan aktivitas. Salah satu teknologi yang secara
nyata berpengaruh terhadap biaya berdasarkan aktivitas adalah Sistem Enterprise
Resource Planning (ERP). Sebelum Sistem ERP, tiap departemen dalam suatu organisasi
memiliki sistem komputer dan database mereka sendiri. Sistem tersebut tidak
mampu untuk berkomunikasi satu dengan yang lain atau memerlukan untuk menulis
kembali data untuk membuatnya mampu berkomunikasi antar sistem komputer.
Sebagai
contoh keuangan perusahaan merupakan sistem yang terpisah dengan sistem
sumberdaya manusia. Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang diberikan kepada
sistem informasi yang mendukung transaksi atau operasi sehari – hari dalam
pengelolaan sumberdaya perusahaan. Dengan kata lain, sistem ERP adalah
informasi manajemen yang mengintegrasikan akuntansi keuangan, akuntansi
manajemen, akuntansi biaya, perencanaan produksi, manajemen material penjualan
dan distribusi, manajemen sumber daya manusia, manajemen kualitas, dan pelayanan
pelanggan dengan menggunakan relational database. Penggunaan relational
database memungkinkan area fungsional untuk berbagi informasi tanpa harus
memasukkan data atau duplikasi data dalam database. Sistem ERP dapat secara
signifikan meningkatkan ketersediaan dan keandalan informasi pemicu biaya
aktivitas (activity cost-driver information). ERP mampu melacak setiap biaya ke
setiap aktivitas dan kemudian ke masing – masing produk atau jasa.
PELUANG DAN TANTANGAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI SISTEM
AKUNTANSI MANAJEMEN KONTEMPORER
Perusahaan
saat ini juga mulai menggunakan akuntansi manajemen untuk mendukung tujuan
stratejik mereka. Akuntansi Manajemen telah berubah peran yaitu tidak
hanya berfokus pada penentuan biaya produk dan pelaporan keuangan, tetapi berfokus
juga pada bagaimana mengembangkan informasi biaya dan informasi lainnya untuk
mendukung pengelolaan perusahaan dan pencapaian tujuan-tujuan stratejik yang
disebut juga manajemen biaya stratejik. Manajemen biaya strategik adalah
analisis biaya dalam konteks luas yang terhubung dengan elemen-elemen
strategi secara lebih sadar, eksplisit, dan formal agar informasi biaya dapat
digunakan untuk mengembangkan strategi unggul yang dapat mendukung keunggulan
kompetitif. Terdapat 2 strategi umum yang mampu memberikan keunggulan bersaing
yang berkesinambungan yaitu: strategi biaya rendah dan strategi diferensiasi.
Strategi biaya rendah merupakan strategi perusahaan menghadapi pesaingnya
dengan cara memproduksi produk atau jasa pada biaya yang paling rendah. Sementara
strategi diferensiasi diimplementasikan dengan cara menciptakan persepsi
pelanggan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahan bersifat unik.
Kedua strategi tersebut menyebabkan perlunya sistem akuntansi manajemen
kontemporer untuk memahami kegiatan yang memberikan kontribusi terhadap rantai
nilai (value chain).
Value chain di sini berasal dari konsep rantai nilai yang diperkenalkan oleh Michael Porter. Dalam konsep keunggulan kompetitif (competitive advantage), Porter menjelaskan bahwa aktivitas penciptaan suatu produk atau jasa harus melalui suatu urutan proses tertentu. Sebuah perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif bila manajemen berhasil memiliki rantai proses yang paling efisien. Dengan kata lain rantai nilai merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi peningkatan nilai pelanggan atau penurunan biaya serta untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri sehingga menjadikan perusahaan lebih kompetitif.
Model rantai nilai Porter memfokuskan pada aktifitas khusus yang dijalankan dalam perusahaan, dimana strategi kompetitif dapat diterapkan dengan baik dengan dukungan teknologi informasi. Aktivitas khusus tersebut dapat digolongkan ke dalam 2 aktivitas, yaitu aktivitas utama dan pendukung. Aktivitas utama yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan jasa dari perusahaan seperti pelayanan, penjualan dan pemasaran yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Sedangkan aktifitas pendukung membantu kelancaran kegiatan aktifitas utama yang terdiri dari infrastruktur organisasi seperti sumber daya manusia, teknologi dan pembelian bahan yang dinutuhkan dalam proses produksi. Dalam pengelolaan rantai nilai diperlukan pemahaman tentang fungsi bisnis, mulai dari manufaktur, pemasaran, distribusi hingga kepelayanan pelanggan. Ketika pendekatan rantai nilai digunakan dan nilai pelanggan diutamakan, fungsi – fungsi tersebut saling berhubungan, keputusan yang satu akan mempengaruhi keputusan yang lainnya.
Value chain di sini berasal dari konsep rantai nilai yang diperkenalkan oleh Michael Porter. Dalam konsep keunggulan kompetitif (competitive advantage), Porter menjelaskan bahwa aktivitas penciptaan suatu produk atau jasa harus melalui suatu urutan proses tertentu. Sebuah perusahaan akan memiliki keunggulan kompetitif bila manajemen berhasil memiliki rantai proses yang paling efisien. Dengan kata lain rantai nilai merupakan alat analisis stratejik yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap keunggulan kompetitif, untuk mengidentifikasi peningkatan nilai pelanggan atau penurunan biaya serta untuk memahami secara lebih baik hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan lain dalam industri sehingga menjadikan perusahaan lebih kompetitif.
Model rantai nilai Porter memfokuskan pada aktifitas khusus yang dijalankan dalam perusahaan, dimana strategi kompetitif dapat diterapkan dengan baik dengan dukungan teknologi informasi. Aktivitas khusus tersebut dapat digolongkan ke dalam 2 aktivitas, yaitu aktivitas utama dan pendukung. Aktivitas utama yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan jasa dari perusahaan seperti pelayanan, penjualan dan pemasaran yang menciptakan nilai bagi pelanggan. Sedangkan aktifitas pendukung membantu kelancaran kegiatan aktifitas utama yang terdiri dari infrastruktur organisasi seperti sumber daya manusia, teknologi dan pembelian bahan yang dinutuhkan dalam proses produksi. Dalam pengelolaan rantai nilai diperlukan pemahaman tentang fungsi bisnis, mulai dari manufaktur, pemasaran, distribusi hingga kepelayanan pelanggan. Ketika pendekatan rantai nilai digunakan dan nilai pelanggan diutamakan, fungsi – fungsi tersebut saling berhubungan, keputusan yang satu akan mempengaruhi keputusan yang lainnya.
Dalam
upaya penciptaan nilai internal, sistem akuntansi manajemen kontemporer dapat
memanfaatkan sistem Entreprise Resource Planning (ERP). ERP adalah sistem
terpadu berbasis komputer yang digunakan untuk mengelola sumber daya internal
dan eksternal berwujud termasuk aset, sumber daya keuangan, bahan, dan sumber
daya manusia. Ini merupakan arsitektur perangkat lunak yang bertujuan untuk
memfasilitasi aliran informasi antara semua fungsi bisnis dalam batas-batas
organisasi dan mengelola hubungan dengan para stakeholder di luar. Sistem ERP
membantu sistem akuntansi manajemen kontemporer untuk mengidentifikasi kegiatan
sebelum dan sesudah produksi untuk kemudian dimanfaatkan. Memanfaatkan hubungan
internal berarti bahwa hubungan antar kegiatan dinilai dan digunakan untuk
mengurangi biaya dan meningkatkan nilai. Misalnya, desain produk dan
pengembangan adalah kegiatan yang terjadi sebelum produksi dan terkait dengan
kegiatan produksi. Cara produk tersebut didesain mempengaruhi biaya produksi.
Bagaimana biaya produksi tersebut terpengaruh membutuhkan pengetahuan mengenai
pendorong biaya (cost driver). Sistem ERP membantu sistem akuntansi manajemen
kontemporer untuk mengidentifikasi pendorong biaya yang dapat membantu
para akuntan manajemen untuk mengurangi biaya produksi sehingga strategi
kepemimpinan biaya atau differensiasi dapat tercapai.
Disamping
Peluang, teknologi informasi juga memberikan tantangan bagi para pelaku sistem
akuntansi manajemen kontemporer yaitu para akuntan manajemen. Perubahan yang
cepat dalam bidang teknologi dan pemrosesan informasi telah merubah bagaimana
suatu organisasi dikelola di masa yang akan datang. Sebagai akibatnya akuntan
manajemen sudah seharusnya bertindak sebagai agen perubahan. Tantangan yang
paling penting adalah perlunya akuntan manajemen untuk mengembangkan keahlian
baru dalam sejumlah bidang seperti misalnya strategi, sumberdaya manusia,
manajemen keuangan, dan teknologi informasi. Selanjutnya, tantangan yang tak
kalah menarik adalah peran akuntan manajemen untuk menyesuaikan kemampuan
teknologi informasi dengan kebutuhan akan infomasi akuntansi manajemen dalam
perusahaan, hal ini membuat peran akuntan manajemen menjadi semakin berarti.
Akuntan manajemen dituntut tidak hanya tahu bagaimana menjalankan sistem akan
tetapi harus juga tahu apa yang harus diperbuat pada sistem sehingga informasi
yang akan dihasilkan sesuai dengan kebutuhan manajemen. Misalnya saja, pada
saat dilaksanakannya proyek ERP atau impelementasi perangkat lunak akuntansi
yang baru peran akuntan manajemen menjadi semakin banyak, yaitu sebagai
pengembang, penganalisa, pembeli perangkat lunak, konsultan dan pelatih.
Perubahan peran yang demikian drastis tentunya bukan merupakan tantangan yang mudah
untuk dihadapi oleh para akuntan manajemen. Para akuntan manajemen harus mampu
menyesuaikan perubahan tersebut dengan secara terus menerus meningkatkan
kemampuannya.
Saat ini banyak perusahaan yang menyadari bahwa penggunaan teknologi informasi bukanlah merupakan suatu pilihan tetapi keharusan. Perusahaan menyadari bahwa keterbelakangan dalam bidang teknologi informasi berarti ketinggalan informasi yang dampak selanjutnya adalah ketidakmampuan untuk bersaing. sehingga hal ini memberikan tantangan baru bagi akuntan manajemen. Dalam perencanaan implementasi teknologi informasi akuntan manajemen harus mampu melakukan analisis biaya dan manfaat secara akurat, yang perlu dipertimbangkan bukan hanya biaya investasi saja, melainkan juga biaya perawatan dan biaya operasi, termasuk biaya tenaga ahli dan pemakaian jaringan pada pihak ketiga. Investasi teknologi informasi yang layak dilakukan, adalah yang secara jelas berfungsi dalam mendukung proses penambahan nilai bagi perusahaan.
Saat ini banyak perusahaan yang menyadari bahwa penggunaan teknologi informasi bukanlah merupakan suatu pilihan tetapi keharusan. Perusahaan menyadari bahwa keterbelakangan dalam bidang teknologi informasi berarti ketinggalan informasi yang dampak selanjutnya adalah ketidakmampuan untuk bersaing. sehingga hal ini memberikan tantangan baru bagi akuntan manajemen. Dalam perencanaan implementasi teknologi informasi akuntan manajemen harus mampu melakukan analisis biaya dan manfaat secara akurat, yang perlu dipertimbangkan bukan hanya biaya investasi saja, melainkan juga biaya perawatan dan biaya operasi, termasuk biaya tenaga ahli dan pemakaian jaringan pada pihak ketiga. Investasi teknologi informasi yang layak dilakukan, adalah yang secara jelas berfungsi dalam mendukung proses penambahan nilai bagi perusahaan.
PERUSAHAAN DAN MANAJEMEN GLOBAL TEKNOLOGI INFORMASI
BAGIAN I
MENGELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
1.1 Bisnis
dan TI
Pentingnya strategi dan operasi
teknologi informasi dalam bisnis tidak lagi diragukan. Seperti yang tampak
dalam abad ke-21, banyak perusahaan di seluruh dunia berkeinginan untuk
mengelola dirinya sendiri menjadi pembangkit daya (power-house) bisnis
global melalui berbagai investasi besar dalam e-business, e-commerce,
dan usaha TI lainnya yang global. Jadi, terdapat kebutuhan nyata bagi para
manajer bisnis dan praktisi bisnis untuk memahami bagaimana mengelola fungsi
organisasi yang penting ini.
1.2 Mengelola
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi adalah komponen
penting dalam keberhasilan bisnis perusahaan. Akan tetapi, teknologi informasi
juga merupakan sumber daya bisnis penting yang harus dikelola dengan benar.
Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam memastikan keberhasilan
atau yang memberi kontribusi pada kegagalan usaha bisnis strategis perusahaan.
Oleh karena itu, mengelola sistem dan teknologi informasi yang mendukung proses
bisnis modern perusahaan adalah tantangan besar untuk para manajer bisnis dan
TI, serta praktisi bisnis. Ilustrasi salah satu pendekatan untuk mengelola
teknologi informasi dalam perusahaan besar dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah
ini. Pendekatan manajerial memiliki tiga komponen utama :
- Mengelola pengembangan dan implementasi bersama berbagai strategi bisnis/TI. Dipimpin oleh CEO dan CIO (Chief Information Officer), proposal dikembangkan oleh para manajer bisnis dan pakar TI untuk menggunakan TI agar dapat mendukung prioritas strategis bisnis perusahaan. Proses perencanaan bisnis/TI sesuai dengan tujuan bisnis strategis TI. Proses tersebut juga meliputi evaluasi proyek bisnis/TI yang diajukan.
- Mengelola pengembangan dan implementasi aplikasi dan teknologi bisnis/TI baru. Ini adalah tanggung jawab utama dari CIO dan CTO (Chief Technology Officer). Area manajemen TI ini melibatkan pengelolaan proses pengembangan sistem informasi dan implementasinya, serta tanggung jawab penelitian ke dalam penggunaan bisnis yang strategis atas teknologi informasi baru.
- Mengelola organisasi TI dan infrastruktur TI. CIO dan para manajer TI berbagi tanggung jawab untuk mengelola pekerjaan para pakar TI yang biasanya diatur dalam berbagai tim proyek serta subunit organisasi lainnya. Selain itu, mereka bertanggung jawab untuk mengelola infrastruktur TI dari hardware, software, database, jaringan telekomunikasi, dan sumber daya TI lainnya, yang harus diperoleh, dioperasikan, dimonitor, dan dipelihara.
Gambar
1. Komponen utama dari manajemen teknologi informasi
1.3
Perencanaan Bisnis/TI
Pada Gambar 2. mengilustrasikan
proses perencanaan bisnis/TI, yang berfokus pada penemuan pendekatan inovatif
untuk memasukkan nilai pelanggan perusahaan dan tujuan nilai bisnis perusahaan.
Proses perencanaan ini mengarah pada pengembangan model strategi dan bisnis
untuk berbagai aplikasi, proses, produk, dan layanan baru. Kemudian perusahaan
dapat mengembangkan strategi TI dan arsitektur TI yang mendukung pembangunan
dan implementasi aplikasi bisnis mereka yang baru saja direncanakan.
Gambar
2. Proses perencanaan bisnis/TI menekankan pada fokus nilai pelanggan dan
bisnis untuk mengembangkan strategi dan model bisnis, serta arsitektur TI untuk
aplikasi bisnis.
Baik CEO maupun CIO perusahaan harus
mengelola pengembangan strategi pelengkap dalam bisnis dan TI untuk memenuhi
nilai pelanggan dan visi nilai bisnis mereka. Proses adaptasi bersama ini
diperlukan karena teknologi informasi cepat berubah, tetapi merupakan komponen
penting dalam banyak usaha bisnis yang strategis. Proses perencanaan bisnis/TI
memiliki tiga kompenen utama :
- Pengembangan strategi. Mengembangkan berbagai strategi bisnis yang mendukung visi bisnis perusahaan. Contohnya, menggunakan teknologi informasi untuk membuat sistem e-business inovatif yang berfokus pada nilai pelanggan dan bisnis.
- Manajemen sumber daya. Mengembangkan berbagai rencana strategi untuk mengelola atau melakukan outsourcing atas sumber daya TI perusahaan, termasuk personel SI, hardware, software, data, dan sumber daya jaringan.
- Arsitektur teknologi. Membuat pilihan TI strategis yang mencerminkan artistektur teknologi informasi yang didesain untukmendukung usaha bisnis/TI perusahaan.
1.3.1
Arsitektur Teknologi Informasi
Arsitektur TI yang dibuat oleh
proses perencanaan strategis bisnis/TI adalah desain konseptual, atau cetak
biru, yang meliputi komponen utama berikut ini :
- Platform teknologi. Internet, intranet, ekstranet, dan jaringan lainnya, sistem komputer, software sistem, serta software aplikasi perusahaan terintegrasi memberikan infrastruktur, atau platform, untuk komputasi dan komunikasi yang mendukung penggunaan strategis teknologi informasi bagi e-business, e-commerce, dan aplikasi bisnis/TI lainnya.
- Sumber daya data. Banyak jenis database operasional dan khusus, termasuk gudang data dan database internet/intranet yang menyimpan dan memberikan data serta informasi untuk proses bisnis dan dukungan keputusan.
- Arsitektur aplikasi. Aplikasi bisnis dari teknologi informasi didesain sebagai arsitektur terintegrasi atau portofolio dari sistem perusahaan yang mendukung usaha bisnis strategis, serta proses lintas fungsi bisnis. Contohnya, arsitektur aplikasi harus meliputi dukungan untuk ERP terintegrasi dan aplikasi CRM.
- Organisasi TI. Struktur organisasi dari fungsi SI dalam perusahaan dan penyebaran para pakar SI didesain untuk memenuhi strategi yang berubah dari bisnis. Bentuk dari organisasi TI bergantung pada filosofi manajerial dan strategi bisnis/TI yang dibentuk selama proses perencanaan strategis.
1.4
Mengelola Fungsi SI
1.4.1
Mengatur TI
Pada awal-awal tahun komputasi,
perkembangan komputer mainframe besar dan jaringan serta terminal
telekomunikasi menyebabkan pemusatan (centralization) hardware,
software, database, dan pakar informasi di tingkat perusahaan dari suatu
organisasi. Selanjutnya, perkembangan minikomputer dan mikrokomputer
mempercepat tren penyusutan (downsizing), yang mengkonfirmasikan
pergerakan kembali menuju desentralisasi (decentralization) oleh
banyak perusahaan. Jaringan klien/server yang terdistribusi di perusahaan,
departemen, kelompok kerja, dan tingkat tim menjadi kenyataan. Hal ini
mendorong pergeseran ahli database dan informasi ke beberapa departemen, dan
mendorong pembuatan pusat informasi untuk mendukung komputasi oleh
pemakai akhir dan kelompok kerja.
Akhir-akhir ini, trennya adalah
membuat pengendalian yang lebih terpusat di seluruh manajemen sumber daya TI
perusahaan, sementara masih tetap melayani kebutuhan strategis unit-unit
bisnisnya, terutama usaha e-business dan e-commerce mereka. Hal
ini menghasilkan pengembangan struktur hybrid dengan komponen terpusat dan
terdesentralisasi yang dapat dilihat pada Gamabr.3.
Gambar
3. Komponen organisasional fungsi TI
Beberapa perusahaan membentuk fungsi
sistem informasinya masuk ke dalam anak perusahaan SI yang
menawarkan layanan SI ke organisasi eksternal serta induk perusahaan mereka
sendiri. Perusahaan lainnya membuat atau memebentuk unit bisnis e-commerce
atau unit bisnis yang berkaitan dengan internet, atau kelompok TI dalam
perusahaan atau unit bisnis terpisah. Perusahaan lainnya mengontrakkan
keluar (outsourcing), yaitu mengalihkan semua bagian dari operasi SI
perusahaan ke kontraktor luar yang disebut sebagai integrator system.
Selain itu, beberapa perusahaan melakukan outsourcing untuk mendapatkan
software dan mencari dukungan ke application service provider (ASP),
yang akan menyediakan dan mendukung aplikasi bisnis dan software lainnya
melalui internet serta intranet ke semua terminal kerja karyawan
perushaan.
1.4.2
Mengelola Pengembangan Aplikasi
Manajemen
pengembangan aplikasi
(application development management) melibatkan pengelolaan berbagai
aktivitas seperti analisis dan desain sistem, pembuatan prototipe, pemrograman
aplikasi, manajemen proyek, jaminan kualitas, dan pemeliharaan sistem untuk semua
proyek pengembangan bisnis/TI yang besar. Mengelola pengembangan aplikasi
membutuhkan pengelolaan berbagai aktivitas tim yang terdiri dari analis sistem,
pengembang software, dan pakar SI lainnya yang bekerja dalam berbagai proyek
pengembangan sistem informasi. Jadi, manajemen proyek adalah kunci tanggung
jawab manajemen TI apabila menginginkan proyek bisnis/TI diselesaikan tepat
waktu, dalam batas anggaran mereka, serta memenuhi tujuan desainnya. Selain
itu, beberapa kelompok pengembang sistem telah membuat pusat pengembangan yang
diisi dengan pakar SI. Peran mereka adalah untuk mengevaluasi berbagai alat
pengembangan aplikasi baru dan membantu para pakar SI untuk menggunakannya agar
dapat meningkatkan usaha perkembangan aplikasi mereka.
1.4.3
Mengelola Aplikasi SI
Manajemen operasi SI (IS
operations management) berkaitan dengan penggunaan sumber daya hardware,
software, jaringan dan sumber daya manusia dalam perusahaan atau pusat
data (data centers) unit bisnis (pusat komputer) dari sebuah
organisasi. Aktivitas operasional yang harus dikelola meliputi operasi sistem
komputer, manajemen jaringan, pengendalian produksi, dan dukungan produksi.
Sebagian besar aktivitas manajemen
diotomatisasi melalui penggunaan paket software untuk manajemen kinerja sistem
komputer. Pemonitor kerja sistem (system performance monitor) ini
memonitor pemrosesan pekerjaan komputer, memebantu mengembangkan jadwal
terencana operasi komputer yang dapat mengoptimalkan kinerja sistem komputer,
serta menghasilkan statistik terinci yang tidak ternilai harganya untuk
perencanaan dan pengendalian kapasitas komputer yang efektif.
Pemonitor kinerja sistem juga
memasok informasi yang dibutuhkan oleh sistem pembebanan kembali (chargeback
system) yang mengalokasikan biaya ke para pemakai berdasarkan pada layanan
informasi yang diberikan. Semua biaya yang timbul dicatat, dilaporkan,
dialokasikan, dan dibebankan kembali ke unit bisnis tertentu yang merupakan
pemakai akhir, tergantung pada penggunaan mereka atas sumber daya sistem
tersebut.
Banyak pemonitor kinerja juga
memiliki kemampuan pengendalian proses (process control). Paket
software semacam itu tidak hanya memonitor tetapi juga secara otomatis
mengendalikan operasi komputer di pusat data yang besar. Beberapa menggunakan
modul sistem pakar (expert system) bawaan yang didasarkan pada
pengetahuan yang dikumpulkan dari para pakar dalam operasi sistem komputer
serta sistem operasi teretntu. Pemonitor kinerja ini memebrikan operasi
komputer yang lebih efisien daripada sistem yang dioperasikan oleh manusia.
Mereka juga memungkinkan pusat data yang “berjalan” di beberapa perusahaan,
tempat sistem komputer dioperasikan secara otomatis, khususnya setelah jam
kerja normal.
1.4.4
Manajemen Sumber Daya Manusia dalam TI
Keberhasilan atau kegagalan dari
organisasi layanan informasi terutama terletak pada kualitas orang-orangnya.
Banyak perusahaan yang menggunakan computer merekrut, melatih, dan melatih
kembali persobel SI yang berkualifikasi sebagai salah satu tantangan mereka.
Mengelola fungsi layanan informasi melibatkan manajemen dari personel
manajerial, teknis, dan administratif. Salah satu pekerjaan yang paling penting
dari para manajer layanan informasi adalah untuk merekrut personel yang
berkualifikasi dan untuk mengembangkan,mengatur, serta mengarahkan kemampuan
kinerja yang ada saat ini. Para karyawan harus secara terus-menerus dilatih
untuk dapat mengejar perkembangan terakhir dalam bidang yang bergerak cepat dan
sangat berbau teknis.
1.4.5 CIO
dan Eksekutif TI Lainnya
Direktur TI (Chief
Information Officer - CIO) mengawasi semua penggunaan teknologi informasi
dalam banyak perusahaan, dan menyesuaikannya dengan tujuan strategis bisnis.
Jadi, semua layanan komputer tradisional, teknologi internet, layanan jaringan
telekomunikasi, dan teknologi SI lainnya yang mendukung jasa adalah tanggung
jawab CIO. Selain itu, CIO tidak mengarahkan aktivitas layanan informasi rutin.
Sebagai gantinya, CIO berkonsentrasi pada perencanaan dan strategi bisnis/TI.
Mereka juga bekerja denga CEO dan para eksekutif puncak lainnya untuk
mengembangkan penggunaan yang strategis atas teknologi informasi dalam e-business
dan e-commerce yang membantu membuat perusahaan menjadi lebih
kompetitif dalam pasar.
1.4.6
Manajemen Teknologi
Perubahan dalam teknologi informasi,
seperti kebangkitan PC, jaringan klien/server, dan internet serta intranet,
telah datang secara cepat dan secara dramatis, serta diperkirakan akan
berlanjut di masa mendatang. Perkembangan dalam teknologi sistem informasi
telah, dan akan terus memiliki dampak besar atas operasi, biaya, lingkungan
kerja manajemen, dan posisi bersaing banyak organisasi.
Jadi, semua teknologi informasi
harus dikelola sebagai platform teknologi karena melakukan integrasi
secara internal berfokus pada atau secara eksternal menghadapi berbagai
aplikasi bisnis. Di banyak perusahaan, manajemen teknologi merupakan tanggung
jawab utama dari Chief Technology Officer (CTO), yang bertanggung jawab
atas semua perencanaan dan penggunaan teknologi informasi.
1.4.7 Mengelola Layanan Pemakai
Banyak perusahaan telah merespons
dengan membuat fungsi-fungsi layanan pemakai (user service), atau layanan
klien, untuk mendukung serta mengelola komputasi pemakai akhir dan kelompok
kerja. Layanan pemakai akhir memberi baik peluang maupun masalah bagi para
manajer unit bisnis.
Kebanyakan organisasi masih membuat
dan menegakkan kebijakan untuk perolehan hardware serta software
oleh para pemakai akhir dan unit bisnis. Hal ini memastikan kesesuaian mereka
dengan standar perusahaan untuk hardware, software, dan konektivitas
jaringan. Hal lain yang juga penting adalah pengembangan aplikasi dengan
keamanan dan pengendalian kualitas yang memadai untuk menyebarkan kinerja yang
benar dan menjaga integritas jaringan serta database perusahaan dan departemen.
1.5
Kegagalan dalam Manajemen TI
Mengelola teknologi informasi
bukanlah tugas yang mudah. Fungsi sistem informasi memiliki masalah kinerja
dalam banyak organisasi. Manfaat yang dijanjikan dalam teknologi informasi
belum muncul dalam banyak kasus perusahaan. Dalam banyak organisasi, teknologi
informasi tidak digunakan secara efektif dan efisien. Contohnya :
- Teknologi informasi tidak digunakan secara efektif oleh berbagai perusahaan yang menggunakan TI terutama untuk mengkomputerisasikan proses bisnis tradisional dan bukannya untuk mengembangkan proses e-business yang inovatif dengan melibatkan pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis lainnya, e-commerce, serta pendukung keputusan yang dijalankan melalui Web.
- Teknologi informasi tidak digunakan secara efisien oleh sistem informasi yang memebri waktu respons yang lama dan sering kali nanti, atau pakar dan konsultan SI yang mengelola berbagai proyek pengembangan aplikasi dengan tidak benar.
1.5.1
Keterlibatan dan Tata Kelola Manajemen
Keterlibatan tingkat manajerial dan pemakai akhir (management and end user involvement) yang ekstensif
dan berarti, adalah bahan utama dari kinerja sistem informasi yang berkualitas
tinggi. Melibatkan para manajer bisnis dalam keterbukaan dari fungsi SI dan
praktisi bisnis dalam pengembangan aplikasi SI, seharusnya akan membentuk
respons dari manajemen atas berbagai tantangan dalam meningkatkan nilai bisnis
teknologi informasi.
Melibatkan para manajer dalam
manajemen TI (dari CEO hingga para manajer unit bisnis) membutuhkan
pengembangan struktur tata kelola (governance structures) –
seperti dewan eksekutif dan komite pelaksana – yang mendorong keterlibatan
aktif mereka dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan bisnis TI. Jadi,
banyak organisasi memiliki kebijakan yang mensyaratkan para manajer terlibat
dalam keputusan TI yang dapat mempengaruhi unit bisnis mereka. Hal ini membantu
para manajer untuk menghindari masalah kinerja SI dalam unit bisnis dan proyek
pengembangan mereka. Melalui tingkat keterlibatan yang tinggi ini, para manajer
dapat meningkatkan nilai bisnis strategis dari teknologi informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar